Wednesday, September 13, 2006

Tetanggaku Judes

Setelah satu minggu absen, hari ini aku mo mulai nulis lagi. Aku mo cerita soal tetanggaku yang judesnya minta ampun. Dia ibu rumah tangga dengan 1 orang anak laki-laki yang berumur 4,5 th. Anak laki-lakinya sering banget main, tidur bahkan makan di rumahku. Maklumlah namanya juga tetangga, deket lagi (rumahnya persis di depan rumahku). Perempuan itu namanya Ngatini tapi ia biasa di panggil Benik, sebenernya Benik itu orangnya baik tapi klo hatinya lagi cocok, klo dia lagi ga mood atau lagi emosi yach semua kena damprat omelannya. Klo lagi marah si Benik itu mulutnya ga bisa diam, ngomel terus ga ada capek-capeknya dan itu bikin telingaku panas, biasanya klo dia lagi ngomel aku dan keluargaku memilih untuk masuk rumah dan menutup pintu supaya ga denger suara Benik yang mirip kaleng dipukul (pokoknya sebel banget) .Suaminya aja sering banget di marahi klo ada something yang ga sesuai dengan kemauan si Benik itu. Hari kemarin Benik juga marah sama suaminya, gara-gara si suami melarang dia untuk beli celana panjang secara kredit. Suaminya bilang "zaman lagi susah gini kok yang dipikir pakaian terus, mbok ya hemat dulu.", tapi si Benik malah marah dan ngancem untuk ngomelin suaminya klo sampai di rumah nanti. Apa orang ini ga takut dosa, istri kok ngelawan suami. Setelah itu malemnya ada arisan RT yang kebetulan diadakan di rumahku. Benik marah lagi karena ga dapat piutang, padahal uang yang masuk kas cuma Rp 30.000,- dan itu harus dibagi untuk 6 orang yang telah mendaftar untuk hutang. Pada akhirnya Benik mengundurkan diri tidak jadi berhutang tapi dengan ngomel dia bilang ke tetanggaku yang lain "Aku durung tau utang tahun iki, arep utang pisan wae ora oleh". Ibuku sebagai pengurus jadi ga enak ntar dikira pilih kasih. Tapi yang namanya Benik biarpun sudah diajak ngobrol baik-baik dia tetep aja ga bisa nerima. Aku heran dengan satu orang ini, kenapa selalu ga bisa berpikir jernih ya? Apa karena dia cuma lulusan SMP atau karena dia ga pernah dapet pelajaran agama? Memang benar kata temanku, dengan menuntut ilmu yang tinggi jangan berharap untuk bisa bekerja yang penting kita sudah menjalankan perintah Tuhan untuk menimba ilmu di manapun kita berada dan dengan ilmu yang kita miliki kita dapat bersosialisasi dengan umat manusia lainnya.

Kadang hal-hal seperti itu yang bikin aku bertanya sendiri, kenapa orang bisa begitu ya? Kenapa selalu mikir klo diri mereka adalah yang paling benar dan bisa apa-apa sendiri, kenapa mereka ga menghargai orang lain yang jelas-jelas sudah berbuat baik padanya. Uhh..... aku tetap ga tahu jawabannya, yang pasti saat ini aku sedang belajar untuk lebih menghargai orang lain dan berusaha untuk berbuat baik kepada siapapun itu. Meskipun kadang aku disakiti, aku akan menganggap bahwa itu semua manusiawi dan aku pastikan ga akan ada yang namanya pembalasan karena aku ga mau musuh aku mau teman. Meskipun aku masih ngerasa sebel klo diomongin macem2 sama orang, paling aku cuma diam dan berkata dalam hati "what do you think you are?" atau "who's care, what about you talking is not your business".

No comments: