Thursday, September 28, 2006

Dilema

Saat ini mungkin waktu yang membingungkan bagiku karena aku harus mengambil keputusan yang sangat penting dan berpengaruh dalam hidup aku. Ada seorang pria yang dekat denganku dan dia mengajakku untuk menikah. Aku sayang kepadanya tapi aku masih bingung untuk menerima pinangannya. Sebenarnya aku sudah pengen menikah, bukannya apa-apa tapi mengingat umurku yang sudah 23 tahun dan juga untuk menghindari hal-hal yang dilarang agama serta menghindari fitnah. Dia pria yang baik dan sudah berumur (mungkin usianya 10 th lebih tua dari aku), dia juga sangat menghargai keputusanku. Aku benar-benar bingung, aku juga belum ngomong ke orang tuaku kalau aku punya hubungan dengan orang ini. Yang bisa aku lakukan saat ini hanya berdoa kepada Tuhan semoga aku dapat mengambil keputusan yang tepat dan terbaik buatku. Selain itu dengan blog ini aku merasa seneng karena aku bisa menuliskan semua perasaanku, blog jadi semacam buku harian buatku, aku merasa bebanku bisa berkurang saat aku berhasil menumpahkan semua hal yang terjadi baik senang maupun sedih di blog ku ini.

Wednesday, September 13, 2006

Tetanggaku Judes

Setelah satu minggu absen, hari ini aku mo mulai nulis lagi. Aku mo cerita soal tetanggaku yang judesnya minta ampun. Dia ibu rumah tangga dengan 1 orang anak laki-laki yang berumur 4,5 th. Anak laki-lakinya sering banget main, tidur bahkan makan di rumahku. Maklumlah namanya juga tetangga, deket lagi (rumahnya persis di depan rumahku). Perempuan itu namanya Ngatini tapi ia biasa di panggil Benik, sebenernya Benik itu orangnya baik tapi klo hatinya lagi cocok, klo dia lagi ga mood atau lagi emosi yach semua kena damprat omelannya. Klo lagi marah si Benik itu mulutnya ga bisa diam, ngomel terus ga ada capek-capeknya dan itu bikin telingaku panas, biasanya klo dia lagi ngomel aku dan keluargaku memilih untuk masuk rumah dan menutup pintu supaya ga denger suara Benik yang mirip kaleng dipukul (pokoknya sebel banget) .Suaminya aja sering banget di marahi klo ada something yang ga sesuai dengan kemauan si Benik itu. Hari kemarin Benik juga marah sama suaminya, gara-gara si suami melarang dia untuk beli celana panjang secara kredit. Suaminya bilang "zaman lagi susah gini kok yang dipikir pakaian terus, mbok ya hemat dulu.", tapi si Benik malah marah dan ngancem untuk ngomelin suaminya klo sampai di rumah nanti. Apa orang ini ga takut dosa, istri kok ngelawan suami. Setelah itu malemnya ada arisan RT yang kebetulan diadakan di rumahku. Benik marah lagi karena ga dapat piutang, padahal uang yang masuk kas cuma Rp 30.000,- dan itu harus dibagi untuk 6 orang yang telah mendaftar untuk hutang. Pada akhirnya Benik mengundurkan diri tidak jadi berhutang tapi dengan ngomel dia bilang ke tetanggaku yang lain "Aku durung tau utang tahun iki, arep utang pisan wae ora oleh". Ibuku sebagai pengurus jadi ga enak ntar dikira pilih kasih. Tapi yang namanya Benik biarpun sudah diajak ngobrol baik-baik dia tetep aja ga bisa nerima. Aku heran dengan satu orang ini, kenapa selalu ga bisa berpikir jernih ya? Apa karena dia cuma lulusan SMP atau karena dia ga pernah dapet pelajaran agama? Memang benar kata temanku, dengan menuntut ilmu yang tinggi jangan berharap untuk bisa bekerja yang penting kita sudah menjalankan perintah Tuhan untuk menimba ilmu di manapun kita berada dan dengan ilmu yang kita miliki kita dapat bersosialisasi dengan umat manusia lainnya.

Kadang hal-hal seperti itu yang bikin aku bertanya sendiri, kenapa orang bisa begitu ya? Kenapa selalu mikir klo diri mereka adalah yang paling benar dan bisa apa-apa sendiri, kenapa mereka ga menghargai orang lain yang jelas-jelas sudah berbuat baik padanya. Uhh..... aku tetap ga tahu jawabannya, yang pasti saat ini aku sedang belajar untuk lebih menghargai orang lain dan berusaha untuk berbuat baik kepada siapapun itu. Meskipun kadang aku disakiti, aku akan menganggap bahwa itu semua manusiawi dan aku pastikan ga akan ada yang namanya pembalasan karena aku ga mau musuh aku mau teman. Meskipun aku masih ngerasa sebel klo diomongin macem2 sama orang, paling aku cuma diam dan berkata dalam hati "what do you think you are?" atau "who's care, what about you talking is not your business".

Tuesday, September 05, 2006

Berkabung

Bapak Adriyanto Martana Budiman meninggal dunia pada hari Kamis, 31 Agustus 2006 di RS. Elizabeth Singapura. Beliau dimakamkan pukul 10.00 hari Senin, 4 September 2006 di Sungkur, Klaten. Segenap karyawan PT. Intan Pariwara (Group), PT. Intan Sejati, PT. Macanan Jaya Cemerlang, PT. Citra Aji Parama dan Pramedia Repro House mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya dan semoga arwah beliau diterima di sisi Tuhan YME. Amin

Friday, September 01, 2006

Malang dan Untung

Ada malang pasti ada untung begitu pula sebaliknya. Dua kata yang berlawanan makna namun saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Kita akan menikmati keuntungan jika kita sudah jatuh bangun dalam kemalangan. Ya memang malang dan untung adalah dua sisi kehidupan yang selalu menghiasi perjalanan hidup kita layaknya kebahagiaan dan penderitaan. Bedanya kalau malang dan untung adalah nasib sedang penderitaan dan kebahagiaan lebih mengacu pada perasaan kita masing-masing.

Suka atau tidak suka kita harus menerima nasib yang telah digariskan Tuhan pada kita. Saat kemalangan menimpa, mungkin kita akan merasa bahwa kita ini adalah orang yang paling menderita di dunia ini. Dan kita akan memohon dan berdoa kepada-NYA agar segera dibebaskan dari segala penderitaan. Namun bila nasib baik datang, terkadang kita lupa untuk bersyukur dan berterimakasih kepada Sang pemberi rizki. Nasib buruk atau nasib baik tergantung dari seberapa besar usaha/ikhtiyar kita untuk merubah nasib kita. Satu hal yang harus kita yakini bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan umatnya. Jadi buat apa kita pusing-pusing membandingkan nasib kita dengan orang lain karena nasib sudah ditentukan oleh Tuhan. Hidup memang tidak adil tetapi baik, serahkan kecemasan pada kekuatan yang lebih tinggi, jangan menyerah kendati banyak rintangan, tinggalkan masa lalu dan bergeraklah ke masa depan.

Memang sangat sulit menerima nasib yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Tuhan telah menentukan seperti apa dan bagaimana nasib umatnya. Yang harus kita lakukan adalah bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan pada kita dan sebaik mungkin kita gunakan karunia Tuhan yang ada pada diri kita untuk hal-hal positif yang mendatangkan keuntungan dan kebahagiaan bagi semua makhluk di alam ini.

Semoga dengan semua kejadian yang kita alami sepanjang hidup kita, kita menjadi makhluk yang pandai untuk bersyukur.